Search Dataset

JUMLAH KASUS KEKERASAN TERHADAP ANAK BERDASARKAN TEMPAT KEJADIAN KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA TAHUN 2024

Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak

#	Kecamatan	Rumah Tangga	Tempat Kerja	Sekolah	Fasilitas Umum	Lembaga Pendidikan Kilat	Lainnya
#	Kecamatan	Rumah Tangga	Tempat Kerja	Sekolah	Fasilitas Umum	Lembaga Pendidikan Kilat	Lainnya
1	Anggana	0	0	0	0	0	0
2	Kembang Janggut	1	0	0	0	0	1
3	Kenohan	0	0	0	2	0	1
4	Kota Bangun	2	0	0	0	0	1
5	Loa Janan	6	0	0	1	0	1
6	Loa Kulu	1	0	0	3	0	1
7	Marang Kayu	0	0	1	0	0	1
8	Muara Badak	2	0	0	0	0	1
9	Muara Jawa	1	0	0	0	0	1
10	Muara Kaman	4	0	0	0	0	0
11	Muara Muntai	2	0	0	1	0	0
12	Muara Wis	0	0	0	0	0	0
13	Sanga-Sanga	1	0	0	0	0	0
14	Sebulu	8	0	0	0	0	1
15	Semboja	5	0	1	0	0	4
16	Tabang	2	0	0	0	0	0
17	Tenggarong	23	0	1	0	0	4
18	Tenggarong Seberang	9	0	0	2	0	2

Hasil Analisis

📊 Analisis Tempat Terjadinya Kekerasan Terhadap Anak – Kukar 2024

Tempat kejadian merupakan indikator penting untuk mengetahui lokasi paling rawan terjadinya kekerasan pada anak. Data ini mencakup 6 lokasi:

Rumah Tangga
Tempat Kerja
Sekolah
Fasilitas Umum
Lembaga Pendidikan Kilat
Lainnya

1️⃣ Gambaran Umum Tempat Kejadian

Jika dijumlahkan keseluruhan, kasus terjadi pada:

Rumah Tangga: 67 kasus
Tempat Kerja: 0 kasus
Sekolah: 3 kasus
Fasilitas Umum: 9 kasus
Lembaga Pendidikan Kilat: 0 kasus
Lainnya: 20 kasus

👉 Rumah tangga merupakan lokasi paling banyak terjadi kekerasan, sangat jauh di atas tempat lainnya.

👉 Kategori “Lainnya” cukup besar (20 kasus), menunjukkan masih ada lokasi yang belum terklasifikasi.

2️⃣ Kecamatan dengan Kasus Tertinggi

🏆 1. Tenggarong — 28 kasus

Rumah Tangga: 23 (sangat tinggi)
Sekolah: 1
Lainnya: 4

Tenggarong menjadi pusat kejadian kekerasan di rumah tangga, konsisten dengan temuan pada data lain.

🥈 2. Tenggarong Seberang — 13 kasus

Rumah tangga: 9
Fasilitas umum: 2
Lainnya: 2

🥉 3. Sebulu — 9 kasus

Rumah tangga: 8
Lainnya: 1

Kecamatan dengan angka menengah:

Loa Janan: 8 kasus
Semboja: 11 kasus
Loa Kulu: 5 kasus
Muara Kaman: 4 kasus

3️⃣ Pola Berdasarkan Tempat Kejadian

📌 A. Rumah Tangga — 67 kasus (paling dominan)

Kecamatan tertinggi:

Tenggarong (23)
Tenggarong Seberang (9)
Sebulu (8)
Loa Janan (6)
Semboja (5)
Muara Kaman (4)

👉 Ini menunjukkan kekerasan anak paling banyak terjadi di dalam rumah, sering kali oleh orang terdekat.

📌 B. Sekolah — 3 kasus

Terjadi di:

Marang Kayu (1)
Semboja (1)
Tenggarong (1)

Jumlah kecil, tetapi penting karena sekolah seharusnya menjadi tempat aman.

📌 C. Fasilitas umum — 9 kasus

Terjadi di:

Kenohan (2)
Loa Kulu (3)
Loa Janan (1)
Muara Muntai (1)
Tenggarong Seberang (2)

👉 Kekerasan di fasilitas umum mencakup pelecehan, perundungan, hingga penganiayaan.

📌 D. Lainnya — 20 kasus

Lokasi tidak spesifik, tetapi termasuk:

Semboja (4)
Tenggarong (4)
Sebulu (1)
berbagai kecamatan lain (1–1)

Yang masuk kategori lainnya biasanya:

tempat kos
rumah tetangga
tempat bermain
area kebun/perkebunan

📌 E. Tempat kerja & Lembaga Pendidikan Kilat — 0 kasus

Ini menunjukkan kasus eksploitasi kerja anak tidak tercatat, atau tidak terjadi dalam tahun laporan.

4️⃣ Temuan Penting Dari Data

🔍 1. Rumah adalah tempat paling tidak aman bagi anak

Lebih dari 70% kasus terjadi di rumah.

Artinya:

lingkungan keluarga menjadi faktor risiko terbesar,
perlu penguatan edukasi pengasuhan & pencegahan KDRT.

🔍 2. Kecamatan dengan kasus rumah tangga tertinggi juga memiliki kasus kekerasan seksual tinggi

Korelasi terlihat pada:

Tenggarong
Semboja
Tenggarong Seberang

Hal ini menunjukkan kekerasan seksual sering terjadi pada relasi dekat.

🔍 3. Kasus di fasilitas umum lebih tinggi daripada di sekolah

Ini menunjukkan anak rentan terhadap kejadian di tempat publik seperti:

pasar,
jalan umum,
area rekreasi,
tempat perbelanjaan.

🔍 4. Kategori “Lainnya” masih tinggi

Perlu penjelasan lebih rinci karena lokasi tidak spesifik dapat mengaburkan pola.

5️⃣ Kesimpulan Utama

Rumah tangga merupakan tempat paling rawan terjadi kekerasan terhadap anak di Kukar.
Tenggarong, Tenggarong Seberang, Semboja, Sebulu merupakan kecamatan prioritas.
Kekerasan di fasilitas umum tidak sedikit, menandakan lemahnya pengawasan publik.
Lokasi lain yang tidak terklasifikasi menunjukkan perlunya perbaikan sistem pencatatan.
Upaya pencegahan harus berfokus pada:
- penguatan pengasuhan positif,
- pencegahan KDRT,
- keamanan fasilitas umum,
- pendampingan komunitas.